Opini

Dinamika dan Tantangan Menjadi Working Mom di Era Modern

Opini
Kontributor Fact-Meter
09 January 2024
cover

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi Fact-Meter.com

Dalam peta perubahan sosial yang semakin dinamis, peran perempuan di Indonesia terus mengalami transformasi yang signifikan. Di era modern ini, banyak kita saksikan pergeseran paradigma terkait peran wanita, khususnya dalam konteks pekerjaan dan keluarga. Salah satu fenomena yang mencerminkan perubahan ini adalah munculnya konsep “working mom”. Hadir nya konsep tersebut memberikan ruang bagi perempuan untuk mengejar karir sekaligus memainkan peran sebagai seorang ibu.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 mencatat bahwa persentase wanita yang bekerja mencapai 52,74 persen. Angka ini tidak hanya mencerminkan peningkatan partisipasi tenaga kerja perempuan, tetapi juga mengindikasikan bahwa banyak wanita telah mengadopsi pandangan diri yang lebih luas. Mereka tidak hanya melihat diri mereka sebagai ibu, tetapi juga sebagai individu yang memiliki hasrat, potensi, dan hak untuk mengejar karir sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Keputusan untuk tetap bekerja setelah memiliki anak bukanlah langkah yang diambil secara sembrono. Terdapat sejumlah motivasi yang mendasari keputusan seorang ibu untuk menjalankan peran sebagai working mom. Faktor pendidikan, keadaan dan kebutuhan mendesak, alasan ekonomi, motif mencari keuntungan, pengembangan diri, atau sekadar untuk mengisi waktu kosong dan mencari hiburan adalah beberapa di antaranya. Ini membuktikan bahwa menjadi working mom bukanlah pilihan yang dibuat tanpa pertimbangan, melainkan keputusan yang dipikirkan dengan matang, mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan.

Meskipun peran working mom membawa dampak positif dalam memberdayakan perempuan, stigma dan opini masyarakat tetap menjadi tantangan yang perlu dihadapi. Beberapa pandangan mungkin menilai bahwa ibu yang bekerja kurang memberikan perhatian kepada anak-anak mereka karena menitipkan mereka kepada pengasuh atau daycare. Penting untuk diingat bahwa setiap keputusan memiliki konteks dan alasan masing-masing.

Satu momen kritis dalam hidup seorang working mom adalah ketika masa cuti melahirkan telah habis. Mereka harus menavigasi berbagai tantangan untuk menunaikan tanggung jawab di tempat kerja dan di rumah dengan baik. Mulai dari bangun lebih pagi untuk merawat anak, memandikan, menyusui anak sebelum berangkat kerja, hingga memastikan persiapan sarapan dan bekal untuk seluruh keluarga. 

Untuk mengatasi kerumitan peran sebagai working mom, manajemen waktu dan penentuan prioritas menjadi kunci utama. Menetapkan jadwal aktivitas sehari – hari yang terorganisir dan disiplin membantu seorang ibu mencapai keseimbangan yang sehat antara karir dan kehidupan keluarga. Penetapan prioritas membantu mengarahkan energi dan fokus pada hal-hal yang paling penting, sehingga beban yang diemban dapat dijalani dengan lebih ringan. Pemahaman dan dukungan dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sosial juga memainkan peran penting dalam kesuksesan seorang working mom. Menentukan pilihan untuk menjadi working mom atau fulltime mom adalah pilihan yang patut untuk diapresiasi. Keduanya melibatkan pengorbanan, dedikasi, dan cinta yang tak ternilai. Tidak ada satu pilihan yang lebih baik atau buruk, karena setiap keluarga memiliki dinamika dan kebutuhan sendiri.

Meskipun tantangan dan kelelahan dapat menjadi bagian dari rutinitas seorang working mom, merenungi betapa berharganya perjalanan ini adalah suatu keharusan. Keberhasilan di tempat kerja dan kebahagiaan di rumah adalah pencapaian yang layak disyukuri. Penerimaan diri dan kebahagiaan keluarga menjadi fokus utama, dan apapun pilihan hidup yang diambil, menjadi working mom seharusnya tidak diukur dari sudut pandang norma sosial atau opini dari luar.